8.3.09

Uh oh...

Saya tau bener kalo si Ophy nggak tertarik melanjutkan studi di bidang yang berbau2 Psikologi. Bahkan kalaupun dia dibiayai 100% S2 ke NUS untuk ngeraih gelar Psikolog, dia akan menolak mentah-mentah dan lebih memilih bekerja sampai sesak napas demi meraih gelar MBA di kampus cap Gajah Duduk. Sebagai alter-ego, kadang saya bertanya2...Whu oh why, Oph?

Sekarang saya tau kenapa.
Untuk meraih gelar sarjana saja dia harus rela melihat berbagai macam kegilaan di sekelilingnya, bahkan kadang-kadang membiarkan dirinya menjadi gila dalam beberapa hal. Contohnya : membiarkan alter-egonya punya blog sendiri. Sounds bit crazy, doesn't it?

Seperti tadi, setelah lelah mereview jurnal, saya melakukan trend remaja di era informatika saat ini : Facebook-ing. Oleh karena Ophy belum mengijinkan saya punya FB sendiri (huhuhuhu!), yang saya Fbing-in tentu saja FB si Oph. Ada sebuah pesan dari senior Psikologi si Oph. Isinya dia menanyakan kenapa Ophy requested her to be FB's friend- 'till writing this sentence, the status is still awaiting confirmation from The Senior. Sebelumnya si Oph sempat menjawab kalau dia emang sering liat si senior di kampus (jawaban yang mengundang reaksi yang keras tentu saja). Si senior yang mungkin lagi PMS menjawab seperti ini :


Seharusnya tau?? Why should i?
Hehehe. Maap saya ga gaul" amat.
In fact pnasaran aja, soalnya i really have no idea about you. Jadi takut menuhin update live page kamu dgn update-an ga penting dari saya.
Makanya saya butuh konfirmasi, knapa tiba" ngeadd saya.
Sebelumnya maaf kalo mrasa diribetin, tapi saya butuh tau aja. Jadi saya ga semena" ignore. Kamu juga ga mo di-ignore sama saya kan?? (hahaha. Pede banget ya saya).



Saya yang mungkin juga lagi PMS sebel setengah mati karena si senior pernah diwawancara si Oph dan si Oph beserta senior sering banget berpapasan di kampus.
Yeah, Okaaaaiii.... Ophy kembali menenangkan saya bahwa tiap orang kan belum tentu punya ingatan fotografis yang baik, dan bahwa saja si senior kemungkinan besar tipe MBTI sensing si mana lebih mudah mengingat nama ketimbang wajah. Oleh karena tidak tau nama Oph yang nggak populer di kampusnya, maka dia bisa aja mencurigai Ophy adalah suruhan NII yang akan menjebaknya dan memeras uangnya. Yeah, who knows?

Anw, dia baru saja mengapprove dan mengatakan "Good try. Nice Reply"
Hebat banget si Oph negosiasi. Bingung saya. Kalo saya sih udah marah2 tentu saja.
Salah satu alasan kenapa saya suka Ophy :
Karena dia menggunakan otaknya dan bukan hatinya, serta terkadang ia punya sense of humor yang oke. Saya bilang begini bukan karena dia induk semang saya yah, tapi karena saya melihatnya ya memang seperti itu.


Back to the senior. Mengerikan dia. Mengerikan. Minta dia sebagai teman saja harus melewati proses macam-macam kayak apply kerja (hoho! barusan saya protes gitu di wall dia, sukurin deh!) Kalau nggak mengerikan begitu bukan anak Psikologi tampaknya.
Ckckck...

Oh ya, speaking of hal-hal mengerikan di kampus Psikologi, ada juga dosen muda yang knowledgeable dan gila baca berinisial AR. Dosen ini bisa loh menyebrang jalan dengan mata tetap terpaku pada buku bacaannya. Saya curiga sebenarnya Dalai Lama menganugerahi dia mata ketiga yang dia pindahkan seenak jidat ke punggung tangan kanannya. Sangat cuek dan jarang megacuhkan mahasiswa yang menyapa dirinya. Pernah sesekali si Oph menyapa, tapi dicuekin. Saya juga pernah mencoba dan lagi-lagi saya dicuekin (kalo menyapa dosen AR dianalogikan sebagai undian berhadiah dari Beng-beng, maka sapaan saya berujung pada balasan "Maaf, Anda belum beruntung"). Tingkah dosen AR akhir-akhir ini rasanya semakin membenarkan bahwa menyapa dia ibarat menarik undian.
Kadang-kadang, dia bisa bersikap sangat cuek dan anti tersenyum.
Kadang-kadang lagi, nggak disapa pun dia senyum sendiri dan menyapa "halo" (Ibarat menemukan "Selamat! Anda berhak mendapat 1 Beng-beng gratis" di dalam bungkus Beng-beng ketika saya sedang tidak nafsu makan Beng-beng banyak-banyak).

Ada juga dosen yang intimidating but mood swing. Ngobrol ama dia butuh banyak-banyak berdoa dalam hati semoga kalimat kita tak menjadi bumerang yang akan melukai kita sendiri. Lagi bahagia-bahagianya mendiskusikan sesuatu, tiba-tiba dia bisa langsung mengamuk hanya karena kita bertanya, "AAAA, bisa tolong bantu saya XXX sementara saya mendengarkan YYY ngomongin ZZZ?"
Ini (untungnya) tidak terjadi pada saya atau Ophy. Ini terjadi pada teman kami yang malang. Sungguh malang karena dia tidak hanya sekali dua kali menjadi korban dosen tersebut.


And...many more.

Saya tiba-tiba jadi tidak enak hati nih! Masa saya bergunjing? Putri sejati tidak seharusnya bergunjing meskipun Mia Thermopolis dan Grandmere Clarisse Renaldo melakukannya.
Intinya, saya punya semacam perasaan bahwa salah satu alasan Ophy melanjutkan studi ke bidang non-Psikologi adalah karena ingin bertemu dengan lebih banyak orang waras dibanding orang-waras-yang-membiarkan-diri-mereka-dikuasai-ketidakwarasan.

Eh, Oh, Oph, saya jadi mikir nanti kalo kamu bertemu dengan lebih banyak orang waras, jangan2 kamu akan mendelete "Call me Nash"???
Hopefully not.

Ya sudah, sekian saja. Hari ini lalu lintas Bogor bener-bener sedang tidak bersahabat deh. Saya mau kemana-mana pun mikir [-(

0 comments:

 
Blog template by suckmylolly.com : Header Image by Gustavo Pedrosa